MAKALAH
PROMOSI KESEHATAN
Tentang
PROMOSI KESEHATAN PADA BAYI BARU LAHIR
Dosen
Pembimbing :dr. Suparyanto M.Kes
Disusun
Oleh:
1.
Erviana
Dwi Hesti (
11111297
)
2.
Indra Yuni Ervianti ( 11111302 )
3.
Mila
Nailul Fitria (
11111272
)
4.
Rohmiati
(
11111315
)
5.
Tinneke
Oktavia ( 11111319 )
6.
Wiwik
Wahyu P (
11111287
)
7.
Yenni Setiani ( 11111325 )
Progam Pendidikan D4 Kebidanan
SEKOLAH
TINGGI ILMU KESEHATAN
INSAN
CENDEKIA MEDIKA
JOMBANG
2011
– 2012
KATA PENGANTAR
Puji
syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayahnya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan
tepat waktu tanpa ada halangan sedikitpun.
Tujuan kami membuat makalah ini
sebagai tambahan referensi bagi para mahasiswa yang membutuhkan ilmu tambahan
tentang Promosi
Kesehatan khususnya pada Bayi
Baru Lahir
Kami mengucapkan banyak terima kasih
kepada pembimbing yang telah membimbing kita dalam menyelesaikan makalah ini.
Ucapan terima kasih juga kami sampaikan kepada orang tua yang telah memberikan
dukungan bagi kami. Serta tak lupa teman – teman yang ikut bekerja sama
menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari bahwa penulisan tugas
makalah ini masih jauh dari kata sempurna maka dari itu kami mengharapkan
kritik dan saran dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Karena
kesalahan adalah milik semua orang dan kesempurnaan hanya milik Allah SWT.
Semoga makalah ini dapat berguna dan membantu proses pembelajaran.
Jombang, November 2012
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN
JUDUL................................................................................................... i
KATA
PENGANTAR................................................................................................. ii
DAFTAR
ISI............................................................................................................... iii
BAB
I PENDAHULUAN
1.1. Latar
Belakang...............................................................................................
1.2. Rumusan
Masalah..........................................................................................
1.3. Tujuan
Rumusan masalah
..............................................................................
BAB II ISI
2.1. Pengertian definisi BBL.................................................................................
2.2. Larangan dan Himbauan pada
BBL..............................................................
2.3. Cara
Perawatan Tali Pusat..............................................................................
2.4. Cara
Memandikan Bayi
2.5. Imunisasi
yang perlu diberikan pada BBL
2.6. Menu Sehat yang Diberikan
untuk Bayi
2.7. Imunisasi
pada Bayi ( jenis,dosis,cara,efek samping )
2.8. Tanda dan
gejala Tetanus...............................................................................
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan.....................................................................................................
3.2. Saran...............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB
1
PENDAHULUAN
1.1.Latar
Belakang
Masa neonatal masa sejak lahir sampai dengan 4 minggu (28 hari)
sesudah kelahiran. Bayi adalah anak yang belum lama lahir. Bayi baru lahir
adalah bayi yang lahir dari kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dan berat
badan lahir 2.500-4000 gram. Perawatan bayi baru lahir merupakan hal penting
yang harus di perhatikan oleh seorang ibu karena masa ini merupakan “ GOLDEN
PERIOD” yang akan sangat berpengaruh pada perkembangan selanjutnya. Selama ini
masih banyak kaum ibu yang kurang memahami akan pentingnya perawatan bayi baru lahir
yang baik dan benar. Para ibu memberikan perawatan pada bayi mereka hanya
berdasarkan pengetahuan mereka saja dan kurang mewaspadai resiko-resiko yang
akan terjadi , bahkan masih banyak masyarakat yang menganut atau mempertahankan
adat istiadat – tradisi yang keyakinan tersebut bertentangan dengan kesehatan.
Sehingga merugikan dan berpengaruh buruk pada kesehatan dan perkembangan bayi.
Untuk
mengantisipasi masalah tersebut , maka tugas tenaga kesehatan khususnya bidan
adalah memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang perawatan bayi baru lahir
yang baik dan benar. Salah satunya yaitu dengan memberikan penyuluhan secara
langsung. Dengan hal tersebut diharapkan para Ibu mampu merawat bayi mereka
secara mandiri dengan tepat sehingga kesehatan dan kesejahteraan bayi baru
lahir dapat terpenuhi.
1.2.Rumusan Masalah
1) Apakah BBL
itu ?
2) Apa saja
larangan dan himbauan pada BBL ?
3) Bagaimana
cara merawat tali pusat ?
4) Bagaimana
cara memandikan bayi ?
5) Apa saja
imunisasi yang perlu diberikan pada BBL ?
6) Apa saja
menu sehat untuk bayi ?
7) Apa saja
imunisasi yang diberikan pada bayi ?
8) Apakah tanda
dan gejala Tetanus ?
1.3.Tujuan
Rumusan Masalah
1) Menjelaskan
tentang definisi BBL
2) Untuk
mengetahui larangan dan himbauan pada BBL
3) Menjelaskan
cara-cara untuk merawat tali pusat
4) Menjelaskan
bagaimana cara memandikan bayi
5) Untuk
mengetahui apa saja imunisasi yang perlu diberikan pada BBL
6) Menjelaskan
menu sehat yang diberikan untuk bayi
7) Untuk
mengetahui macam-macam imunisasi yang diberikan pada bayi serta mengetahui jenis,dosis,cara dan efek
sampingnya.
8) Menjelaskan
tanda dan gejala Tetanus
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Bayi Baru Lahir
Menurut Donna L. Wong, (2003) Bayi baru lahir adalah bayi dari lahir sampai
usia 4 minggu. Lahirrnya biasanya dengan usia gestasi 38 – 42 minggu.
Menurut Dep. Kes. RI, (2005) Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir
dengan umur kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dan berat lahir 2500 gram
sampai 4000 gram.
Menurut M. Sholeh Kosim, (2007) Bayi baru lahir normal adalah berat lahir antara
2500 – 4000 gram, cukup bulan, lahir langsung menangis, dan tidak ada kelainan
congenital (cacat bawaan) yang berat bayi baru lahir adalah bayi yang lahir dengan umur
kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu, memiliki berat lahir 2500 gram sampai
4000 gram.
Bayi baru lahir dapat dilahirkan melalui 2 cara, secara normal
melalui vagina atau melalui operasi cesar. Bayi baru lahir harus mampu
beradaptasi dengan lingkungan yang baru karena setelah plasentanya dipotong
maka tidak ada lagi asupan makanan dari ibu selain itu kondisi bayi baru
lahir masih rentan terhadap penyakit. Karena itulah bayi memerlukan perawatan yang insentif. Jagalah kebersihan bayi dan berikan nutrisi yang
cukup kepada bayi melalui ASI
2.2 Larangan dan Himbauan pada Bayi Baru Lahir
1. Jagalah agar bayi tetap hangat
a.
Pastikan bayi tetap hangat.
b.
Gantilah handuk atau kain yang basah
dan bungkus bayi tersebut dengan selimut dan jangan lupa memastikan kepala
telah terlindung dengan baik untuk mencegah keluarnya panas tubuh.
c.
Pastikan bayi tetap hangat dengan
memeriksa telapak bayi setiap 15 menit.
2. Kontak dini dengan ibu/ IMD
Inisiasi
menyusui dini adalah bayi mulai menyusui sendiri segera setelah lahir. Berikan bayi
kepada ibunya secepat mungkin, kontak dini antara ibu dan bayi. Langkah-langkah
melakukan IMD.
a.
Begitu lahir, bayi diletakkan diperut
ibu yang sudah dialasi kain kering
b.
Keringkan seluruh tubuh bayi termasuk
kepala secepatnya, kecuali kedua tanganya
c.
Tali pusat dipotong lalu diikat
d.
Vernik (zat lemak putih) yang melekat
ditubuh bayi sebaiknya tidak dibersihkan karena zat ini membuat nyaman kulit
bayi.
e.
Tanpa dibedong, bayi langsung
ditengkurapkan di dada atau perut ibu dengan kontak kulit bayi dan kulit ibu.
Ibu dan bayi diselimuti bersama-sama, jika perlu bayi diberi topi untuk
mengurangi pengeluaran panas dari kepalanya.
·
Pentingnya IMD
:
1.
Motivasi ibu untuk menyusui bayinya
apabila telah “siap” dan
dengan menunjukkan reflek rooting dan menghangatkan
bayi.
2.
Ibu dan bayi merasa lebih tenang
3.
Bayi memindahkan bakteri baik, dikulit
ibunya
4.
Ikatan kasih sayang antara ibu dan bayi
lebih baik
5.
Hisapan bayi dapat merangasang pengeluaran
hormon oksitosin
6.
Bayi mendapatkan kolostrum
7.
Biarkan bayi bersama ibunya paling
sedikit 1 jam setelah lahir.
(Buku Inisiasi
Menyusui Dini Plus ASI Eksklusif, 2008)
3. Bayi baru
lahir tidak perlu memakai gurita.
1.
Perawatan bayi dengan mengenakan
gurita perlahan kini sudah mulai ditinggalkan. Penggunaan gurita pada bayi
justru akan menekan bagian perut bayi dan membuat bayi kesulitan bernafas.
2.
Seandainya
ibu ingin tetap mengenakan gurita sebaiknya ikatan harus longgar. Jangan
kuatir bahwa tali pusat bayi akan tergeser dan cemas bayi akan kesakitan.
3.
Pemakaian
gurita yang terlalu ketat justru akan menekan lambung dan membuat bayi tidak
nyaman. Selain itu bayi juga sedang masa pertumbuhan organ tubuhnya.
4.
Ibu
kuatir perut bayi akan kembung? Tak perlu cemas, tidak ada bayi kembung akibat
tidak menggunakan gurita sejak bayi. Pada bayi memang otot dinding perut masih
belum kuat dan sangat lentur, sehingga kadang tampak lebih besar.
5.
Seiring
dengan pertumbuhan dan gerak bayi semakin aktif otot - otot tubuh bayi
akan semakin kencang dan bila sudah mulai merangkak dan berjalan secara
alami kondisi perut bayi akan lebih kencang karena sudah ada gerakan dan
aktifitas.
6.
Pusar
yang baru lepas kadang pangkalnya tampak menyembul sedikit hal yang
wajar, kecuali kondisi hernia umbilikalis yang berat, maka
perlu rujukan untuk ke dokter anak guna perawatan lebih lanjut. Perawatan tali
pusar setelah lepas juga tidak perlu ditempeli uang koin untuk mencegah tidak
bodong.
4. Perawatan bayi dengan bedong.
1.
Bayi
baru lahir memang membutuhkan kehangatan, namun bukan dengan membungkusnya
rapat - rapat dengan kain bedong.
2.
Bila
ingin memberi kehangatan sebaiknya lipatan kain jangan terlalu
erat. Sangat disarankan untuk lebih sering membebaskan bayi dari bedong agar
bayi dapat bergerak bebas.
3.
Merawat
bayi dengan membungkus kain bedong menjadi kebiasaan sebagian
orangtua selain untuk kehangatan juga karena mereka cemas
bila melihat bayinya seperti ada reflek terkejut atau dalam bahasa medis di
sebut hynogogic startles.
4.
Gerakan
seperti reflek terkejut terlihat pada tangan dan kaki bayi
seperti kejang dan gemetar namun hanya beberapa detik . Hal ini normal
dan akan menghilang sendiri ketika bayi memasuki usia 3 bulan.
5.
Cara
mengatasinya memberi kehangatan dan kenyamanan dengan memeluk , meletakkan
telapak tangan ibu didada bayi dengan lembut jika terkejut karena suara keras
dan memperbaiki posisi tidurnya agar nyaman.
6.
Mungkin
ibu khawatir kaki bayinya akan bengkok. Tak perlu cemas. Bayi baru lahir memang
kakinya cenderung bentuknya agak bengkok dan menekuk. Posisi
kaki saat bayi baru lahir memang masih belum bisa lurus sehubungan
dengan posisi bayi dalam kandungan.
7.
Secara
perlahan nanti posisi kaki akan normal kembali. Kecuali bila ada
kelainan pada bentuk tulang, tentu bidan akan menginformasikan cara
perawatan lebih lanjut.
8.
Perhatian
pada bayi yang panas tidak boleh dibedong, justru akan semakin
meningkatkan suhu tubuhnya, dan bayi akan sesak karena tidak bisa bernafas
dengan leluasa.
9.
Ibu
sebaiknya membebaskan tangan dan kaki bayi dari ikatan bedong saat menyusui
agar bayi juga bisa bersentuhan dengan ibunya. Kontak fisik ini sangat penting
bagi bayi.
5. Penggunaan bedak bayi.
1.
Bayi
baru lahir sebaiknya tidak perlu diberi bedak tabur seluruh tubuh
usai mandi. Resiko terhirup serbuk halus dari bedak tabur akan
masuk paru -paru dan mengganggu pernafasan bayi.
2.
Bila
memang ingin memberi bedak sebaiknya gunakan bedak padat dengan spon lembut.
Cukup usap tipis pada daerah lipatan paha, lipatan bawah
lutut, ketiak, dan leher.
3.
Jaga
kebersihan saat bayi mandi dengan menyabuni daerah ketiak dan lipatan leher
dengan cermat. Akan lebih baik jika bayi setiap selesai mandi kulit
bayi tidak diberi bedak tabur atau talk sama sekali.
4.
Perawatan
bayi usai buang air kecil dan buang air besar dengan menabur
bedak di pantat atau alat kelamin tidak direkomendasikan lagi.
5.
Menabur
bedak justru akan menumpuk kotoran pada daerah alat kelamin bayi dan
mudah terjadi lecet atau iritasi.
6.
Pori
- pori kulit bayi masih sangat sensitif dan perlu sirkulasi udara
terutama di daerah pantat dan alat kelamin yang tertutup.
7.
Setiap
bayi buang air kecil atau buang air besar cukup bersihkan dengan kapas yang
dibasahi air hangat dan keringkan dengan handuk lembut.
6. Penggunaan popok yang aman.
1.
Sebaiknya
perawatan bayi menggunakan popok kain yang berbahan katun lembut. Bila terpaksa
mengunakan pampers saat berpergian. sebaiknya sering diperhatikan kondisi
pampers. Ganti setiap basah.
2.
Anjuran
terbaik adalah gunakan popok kain dari bahan katun yang lembut. Popok kain
selain ramah lingkungan juga aman untuk bayi. Bayi terhindar dari resiko alergi
dan infeksi dan ruam popok.
7. Pencegahan infeksi
5 pedoman
pencegahan infeksi :
1.
Cuci tangan sebelum dan sesudah
melakukan kontak dengan bayi.
2.
Pakai sarung tangan
bersih
3.
Pastikan bahwa semua peralatan telah di
DTT atau steril, jangan pernah menggunakan bola karet penghisap untuk lebih
dari satu bayi
4.
Pastikan semua pakaian, selimut, handuk
serta kain yang digunakan untuk bayi dalam keadaan bersih
5.
Pastikan timbangan, pita ukur,
thermometer dan benda lain yang bersentuhan dengan bayi dalam keadaan bersih.
8. Pencegahan kehilangan panas
Mekanisme pengaturan temperatur tubuh pada BBL belum
berfungsi sempurna. Jika tidak segera dilakukan upaya pencegahan kehilangan
panas tubuh maka BBL dapat mengalami hipotermi. Bayi dengan hipotermi sangat
beresiko tinggi untuk mengalami kesakitan berat bahkan kematian. Hipotermi
mudah terjadi pada bayi yang tubuhnya dalam keadaan basah atau tidak segera
dikeringkan dan diselimuti walaupun berada di dalam ruangan yang relatif
hangat.
BBL dapat
kehilangan panas tubuhnya melalui cara-cara berikut :
1.
Evaporasi adalah
kehilangan panas yang terjadi karena penguapan cairan ketuban pada permukaan
tubuh oleh panas tubuh bayi sendiri karena setelah lahir tubuh bayi tidak
segera dikeringkan dan diselimuti.
2.
Konduksi adalah
kehilangan panas tubuh melalui kontak langsung antara tubuh bayi dengan
permukaan yang dingin. Meja, tempat tidur atau timbangan yang temperaturnya
lebih rendah dari tubuh bayi akan menyerap panas tubuh bayi melalui mekanisme
konduksi apabila bayi diletakkan diatas benda-benda tersebut.
3.
Konveksi adalah
kehilangan panas yang terjadi saat bayi terpapar udara sekitar yang lebih
dingin. Bayi yang dilahirkan atau ditempatkan di dalam ruangan yang dingin akan
cepat mengalami kehilangan panas. Kehilangan panas juga terjadi jika terjadi
konveksi. Aliran udara dari kipas angin, hembusan udara melalui ventilasi atau
pendingin ruangan.
4.
Radiasi adalah
kehilangan panas yang terjadi karena bayi ditempatkan di dekat benda-benda yang
mempunyai suhu tubuh lebih rendah dari suhu tubuh bayi. Bayi bisa kehilangan
panas dengan cara ini karena benda- benda tersebut menyerap radiasi panas tubuh
bayi(walaupun tidak bersentuhan secara lengkap)
9. Jangan segera menimbang atau memandikan
BBL
Karena BBL cepat dan mudah kehilangan panas tubuhnya
(terutama jika tidak berpakaian). Sebelum melakukan penimbangan , terlebih
dahulu selimuti bayi dengan kain atau selimut bersih dan kering. Berat badan
bayi dapat dinilai dari selisih berat bayi pada saat berpakaian/ diselimuti
dikurangi dengan berat pakaian/selimut. Bayi sebaiknya dimandikan 6 jam setelah
lahir karena dapat menyebabkan hipotermi yang sangat membahayakan kesehatan
BBL.
10. Pencegahan Infeksi Pada Mata
Tetes mata untuk pencegahan infeksi mata dapat diberikan
setelah ibu atau keluarga memomong bayi dan diberi ASI. Pencegahan infeksi
tersebut menggunakan salep mata Tetrasiklin 1%.Salep antibiotika tersebut harus
diberikan dalam waktu 1 jam setelah kelahiran. Upaya profilaksis infeksi mata
tidak efektif jika diberikan lebih dari 1 jam setelah kelahiran.
Caranya :
1.
Berikan salep mata pada satu garis
lurus mulai dari bagian mata yang paling dekat dengan hidung
bayi menuju ke bagian luar mata.
2.
Ujung tabung salep mata tidak boleh
menyentuh mata bayi
3.
Jangan menghapus salep mata dari mata
bayi
2.3 Cara Perawatan Tali Pusat
Mengikat
Tali Pusat
- Celupkan tangan (masih menggunakan sarung tangan) kedalam larutan klorin 0,5 %.
- Bilas tangan dengan air DTT.
- Keringkan tangan dengan handuk atau tisu yang bersih dan kering.
Nasehat
untuk Merawat Tali Pusat
1.
Jangan membungkus puntung tali pusat
atau perut bayi atau mengoleskan cairan atau bahan apapun ke puntung tali
pusat.
2.
Nasehati hal yang sama bagi ibu dan
keluarganya.
3.
Mengoleskan alkohol atau betadine
(terutama jika pemotong tali pusat tidak terjamin DTT atau steril) masih
diperkenakan tetapi tidak dikompreskan karena menyebabkan tali pusat basah/
lembab.
4.
Bungkus tali pusat dengan kasa kering
dan steril
2.4 Cara
Memandikan Bayi
Memandikan bayi merupakan hal yang
sering dilakukan, tetapi masih kebiasaan yang salah dalam memandikan bayi,
seperti memandikan bayi segera setelah lahir yang dapat mengakibatkan
hipotermia. Pada beberapa kondisi seperti bayi kurang sehat, bayi belum lepas
dari tali pusat atau dalam perjalanan, tidak perlu dipaksakan untuk mandi
berendam. Bayi cukup diseka dengan sabun dan air hangat untuk memastikan bayi
tetap segar dan bersih.
Saat mandi bayi berada
dalam keadaan telanjang dan basah sehingga mudah kehilangan panas. Karena itu,
harus dilakukan upaya untuk mengurangi terjadinya kehilangan panas. Suhu ruang
saat memandikan bayi harus hangat (> 250C) dan suhu air yang
optimal adalah 400C untuk bayi kurang dari 2 bulan dan dapat
berangsur turun sampai 300C untukbayi diatas 2bulan.
ketentuan
1)
Tunggu sedikitnya 6 jam setelah lahir sebelum
memandikan bayi (lebih lama jika bayi mengalami asfiksia atau hipotermi)
2)
Sebelum memandikan bayi, periksa bahwa suhu tubuh
stabil .jika belum stabil selimuti kembali tubuh bayi secara longgar, tutupi
bagian kepala dan lakukan persentuhan kuli ibu – bayi dan selimuti keduanya.
Tunda memandikan bayi hingga suhu tubuh bayi tetap stabil dalam waktu (paling
sedikit) satu (1) jam.
3)
Tunda untuk memandikan bayi yang sedang mengalami
masalah pernapasan
4)
Sebelum bayi dimandikan, pastikan ruangan mandinya
hangat dan tidak ada tiupan angin. Siapkan handuk bersih dan kering untuk
mengeringkan tubuh bayi dan siapkan beberapa lembar kain atau selimut bersih
dan kering untuk menyelimuti tubuh bayi setelah dimandikan.
5)
Memandikan bayi
secara cepat dengan air bersih dan hangat
langkah-langkah sebagai berikut:
1)
Baringkan bayi diatas perlak.
2)
Bersihkan wajah bayi dengan waslap basah tanpa
menggunakan sabun.
3)
Tuangkan sabun pada waslap,bersihkan dari bagian yang
paling bersih,lalu yang paling kotor.
4)
Bilas tubuh bayi,masukkan bayi ke dalam bak dengan
cara sangga bagian pantat,bahu serta kepala dengan kedua tangan. Masukkan bayi
ke dalam bak bagian pantat terlebih dahulu.
5)
Bersihkan dengan waslap yang bersih,lipatan-lipatan
genggaman tangan dibuka.
6)
Angkat tubuh bayi dari bak dan letakkan diatas handuk.
7)
Tekan handuk dengan lembut untuk mengeringkan setiap
bagian tubuh terutama di lipatan-lipatan kulit
8)
Segera
keringkan bayi dengan menggunakan handuk bersih dan kering
9)
Ganti handuk yang basah dengan selimut bersih dan
kering, kemudian selimuti tubuh bayi secara longgar.Pastikan bagian kepala bayi
diselimuti dengan baik.Bayi dapat diletakkan bersentuhan kulit dengan ibu dan
diselimuti dengan baik
10) Ibu dan bayi disatukan di tempat dan anjurkan
ibu untuk menyusukan bayinya
11) Tempatkan
bayi di lingkungan yang hangat. Idealnya bayi baru lahir ditempatkan di tempat
tidur yang sama dengan ibunya, untuk menjaga bayi tetap hangat dan mendorong
ibu untuk segera memberikan ASI.
2.5 Imunisasi yang perlu pada Bayi Baru Lahir
2.5.1 Pengertian Imunisasi
Imunisasi merupakan suatu program yang dengan sengaja
memasukkan antigen lemah agar merangsang antibodi keluar sehingga tubuh dapat
resisten terhadap penyakit tertentu. (Proverawati, 2010)
Imunisasi merupakan usaha memberikan kekebalan pada bayi dan
anak dengan memasukkan vaksin kedalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk
mencegah terhada penyakit tertentu. (Alimul, 2009)
Menurut Hidayat (2005),imunisasi adalah usaha memberikan
kekebalan pada bayi dan anak dengan memasukkan vaksin kedalam tubuh agar tubuh
membuat zat anti untuk mencegah terhadap penyakit tertentu. Vaksin adalah bahan
yang dipakai untuk merangsang pembentukan zat anti yang dimasukkan kedalam
tubuh melalui suntikan,seperti vaksin BCG,DPT,campak dan melalui mulut,sperti
vaksin polio.
Perlu diketahui bahwa istilah imunisasi dan vaksinasi sering
diartikan sama,meskipun arti yang sebernarnya adalah berbeda. Imunisasi adalah
suatu pemindahan atau transfer antibodi secara pasif,sedangkan vaksinasi adalah
pemberian vaksin(antigen) yang dapat merangsang
pembentukan imunitas(antibodi)dari sistem imun dalam tubuh.
2.5.2 Tujuan Imunisasi
Program
imunisasi bertujuan untuk memberikan kekebalan pada bayi agar dapat mencegah
penyakit dan kematian bayi serta anak yang disebabkan oleh penyakit yang sering
berjangkit. (Proverawati, 2010)
Tujuan
pemberian imunisasi adalah diharapkan anak menjadi kebal terhadap penyakit
sehingga dapat menurunkan angka morbiditas dan mortalitas serta dapat
mengurangi kecacatan akibat penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi.
(Alimul, 2009)
2.5.3 Manfaat Imunisasi
1.
Untuk Anak
Mencegah penderitaan yang disebabkan
oleh penyakit dan kemungkinan cacat atau kematian.
2.
Untuk Keluarga
Menghilangkan kecemasan dan psikologi pengobatan bila
anak sakit. Mendorong pembentukan keluarga apabila orang tua yakin bahwa
anaknya akan menjalani masa kanak-kanak yang nyaman.
3.
Untuk Negara
Memperbaiki tingkat kesehatan, mrnciptakan bangsa yang
kuat dan berakal untuk melanjutkan pembangunan negara. (Proverawati, 2010)
2.5.4 Jenis Imunisasi
1)
Imunisasi
Aktif
Merupakan pemberian suatu bibit penyakit yang telah
dilemahkan (vaksin) agar nantinya sistem imun tubuh berespon spesifik dan
memberikan suatu ingatan terhadap antigen ini, sehingga ketika terpapar lagi
tubuh dapat mengenali dan meresponnya. Contoh imunisasi aktif adalah imunisasi
polio dan campak.
Dalam imunisasi aktif terdapat beberapa unsur-unsur
vaksin, yaitu :
v Vaksin dapat
berupa organisme yang secara keseluruhan dimatikan, eksotoksin yang
didetoksifikasi saja, atau endotoksin yang terikat pada protein pembawa seperti
polisakarida, dan vaksin dapat juga berasal dari ekstrak komponen-komponen
organisme dari suatu antigen. Dasarnya adalah antigen harus merupakan bagian
dari organisme yang dijadikan vaksin.
v Pengawet/stabilisator,
atau antibiotik. Merupakan zat yang digunakan agar vaksin tetap dalam keadaan
lemah atau menstabilkan antigen dan mencegah tumbuhnya mikroba. Bahan-bahan
yang digunakan seperti air raksa atau antibiotik yang biasa digunakan. Cairan
pelarut dapat berupa air steril atau
v juga berupa
cairan kultur jaringan yang digunakan sebagai media tumbuh antigen, misalnya
telur, protein serum, bahan kultur sel.
v djuvan,
terdiri dari garam aluminium yang berfungsi meningkatkan sistem imun dari
antigen. Ketika antigen terpapar dengan antibodi tubuh, antigen dapat melakukan
perlawanan juga, dalam hal ini semakin tinggi perlawanan maka semakin tinggi
peningkatan antibodi tubuh.
2) Imunisasi Pasif
v Merupakan
suatau proses peningkatan kekebalan tubuh dengan cara memberikan zat
immunoglobulin, yaitu zat yang dihasilkan melalui suatu proses infeksi yang
dapat berasal dari plasma manusia (kekebalan yang didapatkan bayi dari ibu
melalui plasenta) atau binatang (bisa ular) yang digunakan untuk mengatasi
mikroba sudah masuk dalam tubuh yang terinfeksi.
v Contoh imunisasi
pasif adalah penyuntikan ATS pada orang yang mengalami luka kecelakaan. Contoh
lain adalah yang terdapat pada bayi yang baru lahir dimana bayi tersebut
menerima berbagai jenis antibodi dari ibunya melalui darah plasenta selama masa
kandungan, misalnya antibodi terhadap campak. (Proverawati, 2010)
2.5.5 Jenis
vaksin Imunisasi lengkap
1. BCG
Imunisasi BCG merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya
penyakit TBC yang berat sebab terjadinya penyakit TBC yang primer atau yang
ringan dapat terjadi walaupun sudah dilakukan imunisasi BCG. TBC yang berat
contohnya adalah TBC pada selaput otak, TBC milier pada seluruh lapangan paru,
atau TBC tulang. Vaksin BCG merupakan vaksin yang mengandung kuman TBC yang
telah dilemahkan.
Frekuensi pemberian imunisasi BCG adalah 1 dosis sejak lahir sebelum umur 3
bulan. Vaksin BCG diberikan melalui intradermal/intracutan. Efek samping
pemberian imunisasi BCG adalah terjadinya ulkus pada daerah suntikan,
limfadenitis regionalis, dan reaksi panas.
2. Hepatitis B
Imunisasi
hepatitis B merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah
terjadinya penyakit hepatitis B. kandungan vaksin ini adalah HbsAg dalam bentuk
cair. Frekuensi pemberian imunisasi hepatitis B adalah 3 dosis. Imunisasi
hepatitis ini diberikan melalui intramuscular.
3. Polio
Imunisasi
polio merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit
poliomyelitis yang dapat menyebabkan kelumpuhan pada anak. Kandungan vaksin ini
adalah virus yang dilemahkan. Frekuensi pemberian imunisasi polio adalah 4
dosis. Imunisasi polio diberikan melalui oral.
4. DPT
Imunisasi
DPT merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit
difteri, pertusis dan tetanus. Vaksin DPT ini merupakan vaksin yang mengandung
racun kuman difteri yang telah dihilangkan sifat racunnya, namun masih dapat
merangsang pembentukan zat anti (toksoid).
Frekuensi
pemberian imuisasi DPT adalah 3 dosis. Pemberian pertama zat anti terbentuk
masih sangat sedikit (tahap pengenalan) terhadap vaksin dan mengaktifkan
organ-organ tubuh membuat zat anti. Pada pemberian kedua dan ketiga terbentuk
zat anti yang cukup. Imunisasi DPT diberikan melalui intramuscular.
Pemberian
DPT dapat berefek samping ringan ataupun berat. Efek ringan misalnya terjadi
pembengkakan, nyeri pada tempat penyuntikan, dan demam. Efek berat misalnya
terjadi menangis hebat, kesakitan kurang lebih empat jam, kesadaran menurun,
terjadi kejang, encephalopathy, dan syok.
5. Campak
Imunisasi
campak merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit
campak pada anak karena termasuk penyakit menular. Kandungan vaksin ini adalah
virus yang dilemahkan. Frekuensi pemberian imunisasi campak adalah 1 dosis.
Imunisasi campak diberikan melalui subkutan. Imunisasi ini memiliki efek
samping seperti terjadinya ruam pada tempat suntikan dan panas. (Alimul, 2009)
2.5.6 Faktor
– faktor yang mempengaruhi Imunisasi
A. Status imun penjamu
a.
Adanya antibodi spesifik pada penjamu keberhasilan
vaksinasi, misalnya: (1.Campak pada bayi; 2.Kolostrum ASI – Imunoglobulin A
polio)
b.
Maturasi imunologik : neonatus fungsi makrofag, kadar
komplemen, aktifasi optonin.
c.
Pembentukan antibodi spesifik terhadap antigen kurang,
hasil vaksinasi ditunda sampai umur 2 tahun.
d.
Cakupan imunisasi semaksimal mungkin agar anak kebal
secara simultan, bayi diimunisasi.
e.
Frekuensi penyakit : dampaknya pada neonatus berat
imunisasi dapat diberikan pada neonatus.
f.
Status imunologik (seperti defisiensi imun) respon
terhadap vaksin kurang.
B. Genetik
Secara
genetik respon imun manusia terhadap antigen tertentu baik, cukup, rendah.
Keberhasilan vaksinasi tidak 100%.
C. Kualitas vaksin
1.
Cara pemberian. Misalnya polio oral, imunitas lokal
dan sistemik.
2.
Dosis vaksin (1.Tinggi hambatan respon, menimbulkan
efek samping; 2.Jika rendah, maka tidak merangsang sel imunokompeten)
3.
Frekuensi pemberian. Respon imun sekunder Sel efektor
aktif lebih cepat, lebih tinggi produksinya, afinitas lebih tinggi. Frekuensi
pemberian mempengaruhi respon imun yang terjadi. Bila vaksin berikutnya
diberikan pada saat kadar antibodi spesifik masih tinggi, sedangkan antigen
dinetralkan oleh antibodi spesifik maka tidak merangsang sel imunokompeten.
4.
Ajuvan (1.Zat yang meningkatkan respon imun terhadap
antigen; 2.Mempertahankan antigen agar tidak cepat hilang; 3.Mengaktifkan sel
imunokompeten)
5.
Jenis vaksin. Vaksin hidup menimbulkan respon imun
lebih baik.
6.
Kandungan vaksin (1.Antigen virus; 2.Bakteri; 3.Vaksin
yang dilemahkan seperti polio, campak, BCG.; 4.Vaksin mati : pertusis.;
5.Eksotoksin : toksoid, difteri, tetanus.; 6.Ajuvan : persenyawaan aluminium.;
7.Cairan pelarut : air, cairan garam fisiologis, kultur jaringan, telur.)
2.5.7 Faktor
yang dapat merusak vaksin dan komposisi
vaksin
1.
Panas dapat merusak semua vaksin.
2.
Sinar matahari dapat merusak BCG.
3.
Pembekuan toxoid.
4.
Desinfeksi / antiseptik : sabun. (Marimbi, 2010)
2.5.8 Tata
cara pemberian Imunisasi
Sebelum
melakukan vaksinasi, dianjurkan dianjurkan mengikuti tata cara seperti berikut:
1.
Memberitahukan secara rinci tentang risiko imunisasi
dan risiko apabila tidak divaksinasi.
2.
Periksa kembali persiapan untuk melakukan pelayanan
secepatnya bila terjadi reaksi ikutan yang tidak diharapkan.
3.
Baca dengan teliti informasi tentang yang akan
diberikan dan jangan lupa mendapat persetujuan orang tua. Melakukan tanya jawab
dengan orang tua atau pengasuhnya sebelum melakukan imunisasi.
4.
Tinjau kembali apakah ada kontraindikasi terhadap
vaksin yang akan diberikan.
5.
Periksa identitas penerima vaksin dan berikan
antipiretik bila diperlukan.
6.
Periksa jenis vaksin dan yakin bahwa vaksin tersebut
telah disimpan dengan baik.
7.
Periksa vaksin yang akan diberikan apakah tampak
tanda-tanda perubahan. Periksa tanggal kadaluarsa dan catat hal-hal istimewa,
misalnya adanya perubahan warna yang menunjukkan adanya kerusakan.
8.
Yakin bahwa vaksin yang akan diberikan sesuai jadwal
dan ditawarkan pula vaksin lain untuk mengejar imunisasi yang tertinggal (catch
up vaccination) bila diperlukan.
9.
Berikan vaksin dengan teknik yang benar. Lihat uraian
mengenai pemilihan jarum suntik, sudut arah jarum suntik, lokasi suntikan, dan
posisi penerima vaksin.
10.
Setelah pemberian vaksin, kerjakan hal-hal seperti
berikut:
Ø Berilah
petunjuk (sebaiknya tertulis) kepada orang tua atau pengasuh, apa yang harus
dikerjakan dalam kejadian reaksi yang biasa atau reaksi ikutan yang lebih
berat.
Ø Catat
imunisasi dalam rekam medis pribadi dan dalam catatan klinis.
Ø Catatan
imunisasi secara rinci harus disampaikan kepada Dinas Kesehatan bidang P2M.
Ø Periksa
status imunisasi anggota keluarga lainnya dan tawarkan vaksinasi untuk mengejar
ketinggalan, bila diperlukan.
Ø Dalam situasi
vaksinasi yang dilaksanakan untuk kelompok besar, pelaksanaannya dapat
bervariasi, namun rekomendasi tetap seperti di atas yang berpegang pada
prinsip-prinsip higienis, surat persetujuan yang valid, dan
pemeriksaan/penilaian sebelum imunisasi harus dikerjakan.
2.6 Menu Sehat Bayi
Bayi
dapat disusui segera setelah lahir atau sekurang-kurangnya dalam 4 jam,
kebanyakan bayi menuntut pemberian makan terjadwal dan dapat diberi makan
setiap kali bangun Kebutuhan ASI bagi bayi umur 3 hari 60-90 ml dengan frekwnsi
pemberian 6-10 x / 24 jam. Ibu menyusui
setiap 2 – 3 jam siang dan malam, membangunkan bayi bila waktu menyusui tiba,
memastikan bahwa mulut bayi terpasang dengan baik, dengarkan bunyi menelan
bayi, payudara ibu kosong, dan tidak memberikan makanan lain selain ASI sampai
umur 6 bulan.
Jika bayi Anda
memasuki usia 6 bulan, maka berikan makanan yang berupa makanan lembut, tapi
perlahan diganti menjadi makanan yang kasar secara berangsur-angsur. Usia
1 tahun bayi Anda sudah dapat mengkonsumsi makanan dewasa. Jadwal makan adalah
3 kali sehari, yaitu pagi, siang, sore atau malam. Demikian komposisinya: Pagi
sebaiknya makanan setengah berat (bubur susu, oatmeal, roti, biskuit).
Untuk makan siangnya dapat berupa buah padat yang dicampur susu (alpukat, apel kukus, pear kukus, labu kuning). Sedangkan untuk sore hari adalah makanan
yang berat.
a.
Karbohidrat
Bayi tentu membutuhkan karbohidrat. Sumber karbohidrat
untuk bayi berusia 6 bulan dapat diperoleh dari tepung beras, tepung maizena,
dan biskuit. Untuk berikutnya berangsur-angsur diganti dengan kentang, ubi merah, jagung, makaroni, roti, oatmeal, dan
nasi (bubur atau tim.
b.
Protein dan lemak
Kali ini untuk kebutuhan Protein dan Lemak bayi usia
6-8 bulan, sumber protein dan lemaknya dapat diperoleh dari susu, yoghurt,
kuning telur, keju, kacang merah, kacang hijau, tempe, tahu, daging cincang,
dan hati. Sedangkan bila telah memasuki usia 9 bulan, dapat diberikan ikan.
c.
Vitamin
dan mineral
Memenuhi asupan vitamin
dan mineral untuk bayi dapat diperoleh dari buah pisang, jeruk, pepaya, pear,
apel, melon, semangka, mangga, dan alpukat. Sedangkan untuk sayur dapat
diperoleh dari kacang polong, wortel, brokoli, bayam, kangkung, buncis, kembang
kol, dan sawi hijau.
2.7 Imunisasi pada Bayi ( jenis,dosis,cara,efek
samping )
2.7.1.Imunisasi Dasar (yang diharuskan)
1) BCG
Bibit
penyakit yang hidup dan telah dilemahkan
1.
Dilarutkan dengan 0,9% Nacl 4 cc dosis
0,05 cc.
2.
Umur 0 – 11 bulan, pemberian 1 x.
3.
Cara injeksi intrakutan pada insertio
muskulus deltoid kanan.
4.
Rusak karena panas alkohol.
5.
Efek samping : Setelah 2 minggu akan
terjadi pembengkakan kecil dan merah di tempat suntikan. Setelah 2 – 3 minggu
kemudian pembengkakan menjadi abses kecil dan kemudian menjadi luka dengan
garis tengah ¹ 10 mm, luka
akan sembuh sendiri dengan meninggalkan jaringan parut dengan garis tengah 3 –
7 mm.
2)
DPT
DPT dari bakteri yang dimatikan. TT dari
bakteri dilemahkan.
1.
Umur 2 – 11 bulan. Pemberian 3 x
bersamaan denga polio dengan selang waktu minimal 4 minggu
2.
Cara inkesi IM/ SC dosis 0,5 cc.
3.
Rusak karena panas.
4.
Efek samping :
a. Kebanyakan bayi menderita panas pada waktu
sore hari setelah diimunisasi DPT tetapi panas akan turun dan hilang dalam
waktu 2 hari.
b. Sebagian besar merasa nyeri, sakit, merah/
bengkak di tempat suntikan. Keadaan ini tidak berbahaya dan tidak
memerlukan pengobatan khusus karena akan sembuh dengan sendirinya.
3)
Polio
Vaksin hidup yang dilemahkan
1.
Umur 0 – 11 bulan, pemberian 4 x dengan
jarak minimal 4 minggu.
2.
Cara : diteteskan di mulut dosis 2
tetes per oral.
3.
Rusak karena panas.
4.
Kontra indikasi diare profus.
5.
Efek samping : Jarang tubuh.
4)
Campak
Vaksin hidup yang telah dilemahkan
1.
Umur 9 bulan, pemberian 1 x dapat
pula diberikan pada usia
5 – 6 bulan, tetapi harus diulang sekali lagi pada waktu umur 1 – 2 tahun.
5 – 6 bulan, tetapi harus diulang sekali lagi pada waktu umur 1 – 2 tahun.
2.
Cara injeksi subkutan pada lengan
kiri bagian atas, dosis
0,5 cc.
0,5 cc.
3.
Rusak karena panas.
4.
Efek samping :
a.1 – 3 hari
panas.
b.Kadang
disertai kemerahan 4 – 10 hari sesudah penyuntikan.
5)
Hepatitis
Terbuat dari bagian virus yaitu lapisan paling luar
(mantel virus) yang telah menjalani proses pemurnian.
1.
Umur 0 bulan à bayi lahir
di rumah sakit
2.
Umur 2 – 9 bulan à bayi lahir di
posyandu.
3.
Cara dengan injeksi IM pada paha luar,
dosis 0,5 cc dengan
3 x pemberian selang waktu 4 minggu.
3 x pemberian selang waktu 4 minggu.
4.
Rusak karena debu dan panas.
5.
Imunisasi dasar (DPT, Polio, Hepatitis)
untuk mendapatkan kekebalan perlu diulang agar dapat melindungi dari paparan
penyakit.
6.
Pemberian imunisasi dasar (campak, BCG)
tidak perlu diulang karena kekebalan yang diperoleh dapat melindungi dari
paparan bibit penyakit.
2. Imunisasi
yang dianjurkan
1.
Imunisasi MMR (Mump Measles Rubella)
untuk mencegah penyakit gondog dan rubella.
2.
Meningitis (radang selaput otak)
heremophilus influenzae type B.
3.
Typus (cryphiro IV)
4.
Cacar air (varintix)
5.
Hepatitis A.
6.
DPT+HIB (Tetract-Hib)
7.
Anti hepatitis (HB vax 11).(Dinkes, 2006)
KONTRAINDIKASI
IMUNISASI
1.
Analfilaksis atau reaksi hipersensitifitas yang hebat
merupakan kontraindikasi mutlak terhadap dosis vaksin berikutnya. Riwayat
kejang demam dan panas lebih dari 38oC merupakan kontraindikasi pemberian DPT,
hepatitis B-1 dan campak.
2.
Jangan berikan vaksin BCG kepada bayi yang menunjukkan
tanda dan gejala AIDS, sedangkan vaksin yang lain sebaiknya diberikan.
3.
Jika orang tua sangat berkeberatan terhadap pemberian
imunisasi kepada bayi yang sakit, lebih baik jangan diberikan vaksin, tetapi
mintalah ibu kembali lagi ketika bayi sudah sehat. (Proverawat)
2.8 Tanda dan Gejala Tetanus
a. Pengertian
Tetanus neonatorum merupakan suatu penyakit akut yang
dapat dicegah namun dapat berakibat fatal, yang disebabkan oleh produksi
eksotoksin dari kuman Clostridium tetani gram positif, dimana kuman ini
mengeluarkan toksin yang dapat menyerang sistem syaraf pusat. penyakit
tetanus terjadi pada neonatus (bayi berusia kurang 1 bulan).
Masa inkubasi kuman 3-28
hari, namun biasanya 6 hari, dimana kematian 100% terjadi terutama pada masa
inkubasi < 7 hari.
b. Faktor predisposisi
1. Adanya spora tetanus
2. Adanya jaringan yang mengalami
injury, misalnya pemotongan tali pusat
3. Kondisi luka tidak bersih, yang
memungkinkan perkembangan mikroorganisme host yang rentan
4. Clostridium tetani terdapat di tanah, dan traktus
digestivus manusia dan hewan. Kuman ini dapat membuat spora yang tahan lama dan
dapat berkembang biak dalam luka yang kotor atau jaringan nekrotik yang
mempunyai suasana anaerob.
c. Faktor resiko
1. Imunisasi TT pada ibu hamil tidak dilakukan, atau
tidak lengkap, atau tidak sesuai dengan ketentuan program
2. Pertolongan persalinan tidak
memenuhi syarat atau tidak sesuai APN
3. Perawatan tali pusat tidak memenuhi
standar kesehatan
d. Pencegahan
1. Imunisasi TT
2. Memperhatikan sterilitas saat
pemotongan dan perawatan tali pusat
e. Kekebalan diperoleh melalui imunisasi TT
Sembuh tidak berarti kebal terhadap
tetanus. Imunisasi
TT merangsang pembentukan antibody spesifik yang mempunyai peranan penting
dalam perlindungan terhadap tetanus. Ibu hamil mendapatkan imunisasi TT,
sehingga terbentuk antibody dalam tubuhnya. Antibody tetanus termasuk golongan
Ig G, melewati sawar plasenta, masuk dan menyebar melalui aliran darah janin ke
seluruh tubuh janin yang dapat mencegah terjadinya tetanus neonatorum.
f.
Tanda Dan Gejala
Bayi yang semula dapat menetek, kemudian sulit menetek karena kejang
otot rahang dan faring
Mulut bayi mencucu seperti mulut ikan
Kejang terutama bila terkena rangsang cahaya, suara, sentuhan
Kadang disertai sesak nafas dan mulut bayi membiru
Suhu tubuh meningkat
Kaku kuduk
Kekakuan disertai sianosis
Nadi meningkat
Berkeringat banyak
Tidak dapat menangis lagi
Mata terus tertutup
Dinding perut keras
Kesadaran baik
g.
Pengobatan
Penanganan secara umum pada Tetanus
Neonatorum:
1. Mengatasi kejang
1. Mengatasi kejang
a) Kejang dapat diatasi dengan
mengurangi rangsangan, penderita/bayi ditempatkan di kamar yang tenang dengan sedikit sinar
mengingat penderita sangat peka akan suara dan cahaya.
b) Memberikan suntikan anti kejang, obat yang dipakai ialah
kombinasi fenobarbital dan largaktil. Fenobarbital dapat diberikan mula-mula
30-60 mg parenteral, kemudian dilanjutkan per os dengan dosis maksimum 10 mg
per hari. Largaktil dapat diberikan bersama luminal, mula-mula 7,5 mg
parenteral, kemudian diteruskan dengan dosis 6 x 2,5 mg setiap hari. Kombinasi
yang lain ialah Kloralhidrat yang diberikan lewat anus.
2. Menjaga jalan nafas tetap bebas dengan membersihkan jalan nafas.
Pemasangan spatel bila lidah tergigit.
3. Mencari tempat masuknya spora tetanus, umumnya di tali pusat atau di
telinga
4. Pemberian
antitoksin
Untuk mengikat toksin yang masih bebas dapat diberi ATS dengan dosis 10.000 satuan setiap hari selama 2 hari berturut-turut dengan IM, kalau per infuse diberikan ATS 20.000 UI sekaligus.
Untuk mengikat toksin yang masih bebas dapat diberi ATS dengan dosis 10.000 satuan setiap hari selama 2 hari berturut-turut dengan IM, kalau per infuse diberikan ATS 20.000 UI sekaligus.
5. Pemberian antibiotic
Untuk mengatasi infeksi dapat digunakan penisilin 200.000 UI setiap hari dan diteruskan sampai 3 hari sesudah panas turun atau ampisilin 100 mg/kgBB per hari dibagi dalam 4 dosis secara intravena selama 10 hari.
Untuk mengatasi infeksi dapat digunakan penisilin 200.000 UI setiap hari dan diteruskan sampai 3 hari sesudah panas turun atau ampisilin 100 mg/kgBB per hari dibagi dalam 4 dosis secara intravena selama 10 hari.
6.
Perawatan yang adekuat, meliputi:
a)Kebutuhan
oksigen
b) Makanan
(harus hati-hati dengan memakai pipa yang dibuat dari polietilen atau karet)
c)
Keseimbangan cairan dan elektrolit, kalau pemberian makanan peros tidak mungkin
maka diberikan makanan dan cairan intravena. Cairan intravena berupa larutan
glukosa 5% : NaCI fisiologik 4:1 selama 48-70 jam sesuai dengan kebutuhan,
sedangkan untuk selanjutnya untuk memasukkan obat.Bila sakit penderita lebih
dari 24 jam atau sering terjadi kejang atau apnue, berikan larutan glukosa 10%
: natrium bikarbonat 4:1 (sebaiknya jenis cairan disesuaikan dengan hasil
pemeriksaan analisa gas darah) bila setelah 72 jam belum mungkin diberikan
minuman per oral, maka melalui cairan infus perlu ditambahkan protein dan
kalium.
d) Tali pusat dirawat dengan kasa bersih dan kering
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dengan
umur kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dan berat lahir 2500 gram sampai 4000
gram. Pada bayi baru lahir juga
memiliki beberapa pantangan dan himbuan, salah satunya yakni memandikan bayi
sesaat setelah bayi lahir.Selain itu bayi juga harus di rawat akan kebersihan
dan kesehatan bayi, terutama pada perawatan tali pusat dan cara memandikan bayi
yang benar.
Pada bayi baru lahir juga
dianjurkan untuk diberikan imunisasi yang fungsinya untuk untuk
memberikan kekebalan pada bayi agar dapat mencegah penyakit dan kematian bayi
serta anak yang disebabkan oleh penyakit yang sering berjangkit. Imunisasi yang wajib diberikan pada bayi diantara yakni imunisasi BCG,
hepatitis B, DPT, polio, dan campak.
3.2 Saran
Dengan terselesainya makalah
ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pembaca dalam memberikan asuhan
pada bayi baru lahir dengan tepat dan benar, serta dapat memberikan referensi
bagi mahasiswa sebagai sarana informasi baik dalam hal teoritis maupun
digunakan untuk terjun di masyarakat dalam memberikan promosi kesehatan pada
bayi baru lahir.
DAFTAR
PUSTAKA
http//bayibarulahir.blogspot.com/
http://themepix.com/
Nur
Muslihatun Wafi.2010.ASUHAN NEONATUS BAYI
DAN BALITA, Yogyakarta: Fitramaya
Prawirohardjo
sarwono.2009.ILMU KEBIDANAN, Jakarta
: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo